Terkadang
aku suka bingung apakah keputusan ku sudah benar dalam memilih, apakah aku
egois karna aku hanya mementingkan hati ku saja? Untuk apa mempertahankan kebahagian jika kebahagiaan itu merusak kebahagiaan orang lain, tapi aku tidak tahu apakah
keputusan yang aku ambil itu menyakiti hati orang lain. Sebagian orang berkata
untuk aku menjauhi dia, demi sahabat ku tapi aku tidak pernah tahu apa yang di
rasakan oleh sahabat ku apakah dia menyukainya atau tidak, ya… karna sahabat ku
tidak terbuka dengan ku tapi nasi sudah menjadi bubur seiring berjalan nya
waktu aku bisa menemukan kenyamanan itu dengan seorang lelaki yang satu kelas
dengan sahabat ku dia sudah memilih ku dan aku menerima itu karna kita saling
suka. Jujur dia adalah orang pertama yang membuatku move on dari masalalu ku,
bertahun-tahun aku hidup dalam sebuah penantian yang tak berujung, menjalin
hubungan tanpa adanya rasa menyayangi aku lakukan itu hanya ingin mengetahui
apakah aku bisa terlepas dari masa lalu ku, bisa terlepas dari angka 14 dan
kenyataan nya NIHIL . Aku selalu hidup dengan bayang-bayang angka itu, dengan kenangan
angka itu dan di saat aku mendapatkan masalah yang rumit dalam kehidupan ku dia
datang dengan perhatian dan kasih sayangnya awalnya aku menganggap dia teman
dan akan terus menjadi teman tapi waktu menjawab lain, waktu yang membuat ku
menyayanginya sedikit waktu itu bisa membuat ku terbiasa, terbiasa melupakan
bayang-bayang 14 dan aku berusaha fokus dengan angka 23.
Dua bulan
sudah waktu ku bersamanya, kita sudah tahu sifat kita satu sama lain, aku juga
mengetahui sifatnya seperti apa. Dia berbeda dari yang lain, dia tidak seperti
masa lalu ku yang lain, dia baik , dia romantis dan dia unik, sifatnya yang
sederhana membuat pelengkap dalam hubungan kita tapi… gapeka nya dia membuat
hal yang menantang bagi ku, aku harus berusaha mengerti dengan sifat dia yang
seperti itu, terkadang lelah, terkadang juga kesal tapi itu kekurangan dia dan
aku berusaha menerima itu. Jujur aku bukan tipe cewek yang sama dengan dengan
cewek lain, aku lebih peka terhadap suatu hal dan aku mengharapkan cowok yang
bisa mengerti aku dan selalu ada saat aku membutuhkannya. Dengan sifatnya yang
seperti itu membuat aku berefikir apakah dia akan terus seperti ini, apakah
harus selalu aku yang mengawalinya, apakah aku harus mengerti dan harus
terbiasa dengan sifatnya yang seperti itu tapi sampai kapan? Tuhan… apakah aku
salah dalam mengambil keputusan ini, aku sudah memilih, aku hnaya bias berharap
yang terbaik, aku saying dia tuhan jadikan dia yang terbaik untuk ku begitu
pula jadikan aku yang terbaik untuknya jangan biarkan waktu ku selalu di penuhi
dengan rasa bingung berikanlah sedikit waktu untuk menjawab ini semua, aku
hanya bisa yakin dan percaya bahwa ini semua sudah goresan takdir untuk ku.
0 komentar:
Posting Komentar