Selasa, 01 Juli 2014

Confused


Terkadang aku suka bingung apakah keputusan ku sudah benar dalam memilih, apakah aku egois karna aku hanya mementingkan hati ku saja? Untuk apa mempertahankan kebahagian jika kebahagiaan itu merusak kebahagiaan orang lain, tapi aku tidak tahu apakah keputusan yang aku ambil itu menyakiti hati orang lain. Sebagian orang berkata untuk aku menjauhi dia, demi sahabat ku tapi aku tidak pernah tahu apa yang di rasakan oleh sahabat ku apakah dia menyukainya atau tidak, ya… karna sahabat ku tidak terbuka dengan ku tapi nasi sudah menjadi bubur seiring berjalan nya waktu aku bisa menemukan kenyamanan itu dengan seorang lelaki yang satu kelas dengan sahabat ku dia sudah memilih ku dan aku menerima itu karna kita saling suka. Jujur dia adalah orang pertama yang membuatku move on dari masalalu ku, bertahun-tahun aku hidup dalam sebuah penantian yang tak berujung, menjalin hubungan tanpa adanya rasa menyayangi aku lakukan itu hanya ingin mengetahui apakah aku bisa terlepas dari masa lalu ku, bisa terlepas dari angka 14 dan kenyataan nya NIHIL . Aku selalu hidup dengan bayang-bayang angka itu, dengan kenangan angka itu dan di saat aku mendapatkan masalah yang rumit dalam kehidupan ku dia datang dengan perhatian dan kasih sayangnya awalnya aku menganggap dia teman dan akan terus menjadi teman tapi waktu menjawab lain, waktu yang membuat ku menyayanginya sedikit waktu itu bisa membuat ku terbiasa, terbiasa melupakan bayang-bayang 14 dan aku berusaha fokus dengan angka 23.
Dua bulan sudah waktu ku bersamanya, kita sudah tahu sifat kita satu sama lain, aku juga mengetahui sifatnya seperti apa. Dia berbeda dari yang lain, dia tidak seperti masa lalu ku yang lain, dia baik , dia romantis dan dia unik, sifatnya yang sederhana membuat pelengkap dalam hubungan kita tapi… gapeka nya dia membuat hal yang menantang bagi ku, aku harus berusaha mengerti dengan sifat dia yang seperti itu, terkadang lelah, terkadang juga kesal tapi itu kekurangan dia dan aku berusaha menerima itu. Jujur aku bukan tipe cewek yang sama dengan dengan cewek lain, aku lebih peka terhadap suatu hal dan aku mengharapkan cowok yang bisa mengerti aku dan selalu ada saat aku membutuhkannya. Dengan sifatnya yang seperti itu membuat aku berefikir apakah dia akan terus seperti ini, apakah harus selalu aku yang mengawalinya, apakah aku harus mengerti dan harus terbiasa dengan sifatnya yang seperti itu tapi sampai kapan? Tuhan… apakah aku salah dalam mengambil keputusan ini, aku sudah memilih, aku hnaya bias berharap yang terbaik, aku saying dia tuhan jadikan dia yang terbaik untuk ku begitu pula jadikan aku yang terbaik untuknya jangan biarkan waktu ku selalu di penuhi dengan rasa bingung berikanlah sedikit waktu untuk menjawab ini semua, aku hanya bisa yakin dan percaya bahwa ini semua sudah goresan takdir untuk ku.